Setelah dua minggu lalu emas tidak berhasil menembus $1,800, emas memulai minggu perdagangan yang baru pada hari Senin minggu lalu, di $1,783. Namun mengakhiri minggu lalu, pada hari Jumat, akhirnya harga emas berjangka Comex kontrak bulan Desember, berhasil naik lebih dari $25 pada hari itu dan menembus $1.800 ke $1,816 per troy ons.
Koreksi harga emas dipicu oleh aksi investor yang tengah menanti simposium Jackson Hole akhir pekan ini untuk mencari petunjuk lebih lanjut tentang kapan Federal Resere berencana melakukan tapering off.
Meskipun emas dengan cepat bisa stabil kembali di atas $1,700 per ons, setelah kejatuhan yang cepat pada minggu lalu, kelihatannya belum ada minat beli yang cukup kuat terhadap emas yang bisa membuat harga emas berada pada tren naik yang berkelanjutan. Malah sebaliknya emas cenderung turun pada minggu ini. Pergerakan turun berikutnya bisa mencapai $1,670.
Dolar melonjak di awal perdagangan Eropa pada hari Kamis, naik ke level tertinggi sembilan bulan setelah Federal Reserve mengisyaratkan kemungkinan untuk mulai mengurangi stimulus moneter era pandemi tahun ini.
Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Puteri meyakini, rupiah akan mendapat katalis positif rilis data neraca dagang Indonesia. Tercatat, neraca dagang Juli surplus US$ 2,59 miliar. Menurut dia, ini akan menjadi sentimen yang menjaga rupiah tak terkoreksi dalam pada Kamis (19/8).
Harga minyak melanjutkan penurunan dalam lima hari berturut-turut. Rabu (18/8) pukul 7.40 WIB, harga minyak WTI kontrak September 2021 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 66,57 per barel, turun tipis dari penutupan perdagangan kemarin pada US$ 66,59 per barel.
Harga emas yang di bawah $1,800 adalah titik masuk yang sangat bagus bagi para pembeli, membuat metal berharga menjadi menarik secara tehnikal. Level di bawah $1,800 adalah titik masuk yang sangat menarik perhatian setelah emas sempat tertarik turun cukup lumayan. Bagusnya adalah harga emas dengan cepat berbalik naik kembali. Hanya dalam hitungan beberapa jam, harga emas berhasil kembali naik ke atas $1,700. Dengan demikian tidak heran apabila harga emas bisa menembus ke atas $1,800 pada minggu ini.
Dolar Amerika Serikat terus melemah pada Jumat (13/08) petang, tetapi tetap mendekati level tertinggi empat bulan di tengah kenaikan tingkat inflasi dan pemulihan pasar tenaga kerja bisa mengindikasikan Federal Reserve akan mengurangi stimulus moneter yang besar dalam waktu dekat.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden, Rabu (11/8), mendesak Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, untuk meningkatkan produksi minyak guna mengatasi kenaikan harga bensin yang mereka lihat sebagai ancaman bagi pemulihan ekonomi global.
Pasar ke depannya akan melihat pandangan The Fed di pertemuan Jackson Hole di akhri Agustus 2021. Apabila The Fed akan menyinggung masalah perekonomian dan kebijakan moneternya, menurut Nanang ini akan memberikan dampak bagi indeks dolar dan berimbas pada pergerakan harga emas.
Emas memulai minggu perdagangan yang baru di $1,822. Setelah itu harga emas turun mendekati $1,800 di sekitar $1,804, karena naiknya kembali imbal hasil treasuries AS. Harga emas kembali melanjutkan penurunannya dan kali ini berhasil menembus support yang kuat di $1,800 ke $1,762 karena keluarnya data employment AS yang lebih kuat daripada yang diperkirakan.
Setelah tertekan turun dan memulai minggu yang baru pada minggu lalu di 1.3746, GBP/USD berbalik naik menembus 1.3950 di 1.3952, dengan optimism akan isu Brexit dan tren turun dalam kasus Covid – 19 yang baru terus memberikan dukungan naik terhadap poundsterling. Namun berbaliknya sentimen pasar menjadi “risk-off” pada akhir minggu lalu, telah mendorong naik dollar AS sehingga GBP/USD kembali turun ke sekitar $1.3900.
Outlook emas membaik setelah komentar dari kepala Federal Reserve Jerome Powell yang sedikit dovish pada minggu lalu. Namun, apakah metal berharga kuning ini bisa mempertahankan momentum ini sehingga bisa mencapai kembali $1,850 pada minggu ini?
Tapering merupakan musuh utama emas. Berkaca dari sejarah, tapering pernah dilakukan pada tahun 2013 dan harga emas berada dalam tren menurun hingga awal 2015 ketika menyentuh level terendah US$ 1.045/troy ons. Selama periode tersebut harga emas dunia merosot sekitar 25%. Bahkan jika dilihat dari rekor tertinggi kala itu 1.920/troy ons pada 6 September 2011, harganya ambrol lebih dari 45%.
Emas sempat menguat pada awal perdagangan sesi AS hari Senin, didukung oleh melemahnya indeks dollar AS memulai minggu perdagangan yang baru. Pasar saham global dan AS yang melemah juga mendukung metal safe-haven ini, ditengah trading musim panas yang lebih sepi.
Setelah dua minggu lalu harga emas berhasil naik ke posisi puncak beberapa bulan di $1,830, memulai hari perdagangan yang baru pada hari Senin minggu lalu, harga emas turun ke $1,809, dan saat ini diperdagangkan di $1,802, akibat postur harian yang bearish dari pasar diluar pasar metal berharga membuat pergerakan naik harga emas terhenti, dengan harga minyak mentah turun tajam dan indeks dollar AS mengalami kenaikan.
Inggris tidak sendirian mengalami masalah dengan cepatnya penyebaran varian Delta. AS juga mengalami kenaikan infeksi secara signifikan dan dampaknya terhadap ekonomi telah mengirim saham-saham bertumbangan dan investor berlari ke dollar AS yang aman sebagai safe-haven assets. Sementara saham-saham bangkit, dollar AS tetap bertahan di dalam keuntungannya. Hal ini membebani Sterling.
Peningkatan klaim yang mengejutkan minggu lalu datang ketika kekhawatiran tumbuh atas varian delta yang relatif baru dari virus corona. Jumlah kasus dan rawat inap meningkat, terutama di antara bagian populasi yang tidak divaksinasi.
Dolar AS sedikit menguat dan menyentuh ketinggian 3,5 bulan semalam. Indeks dollar AS terus berada dalam jalur tren naik dalam jangka pendek. Minyak mentah Nymex mengalami koreksi naik setelah sempat jatuh tajam dan menyentuh kerendahan lima minggu pada hari Senin. Para trader di pasar komoditi harus memperhatikan pasar minyak mentah ekstra ketat pada minggu ini. Jika minyak mentah menunjukkan tekanan jual yang solid maka hal ini merupakan kabar buruk bagi pasar emas.
Di Inggris, PM Boris Johnson mendesak bahwa pada tanggal 19 Juli pembukaan kembali ekonomi Inggris harus tetap berjalan, meskipun terjadi penyebaran yang cepat dari varian Delta. Ketakutan mengenai meningkatnya kematian dan datangnya pasien ke rumah sakit juga membebani poundsterling.